Selasa, 03 Januari 2012

Bagaimana Seorang Pekerja Menunaikan Amanahnya

Bagaimana seorang pekerja menunaikan amanahnya
1

Dalam kehidupan ini manusia tidak akan pernah lepas dari amanah yang dibebankan kepadanya. Siapapun dia  dan sebagai apapun profesinya. Namun kenyataan yang ada  kita lihat  banyak terjadi kerusakan dimana-mana. Kerusakan yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat, dari masalah pencurian,tipu muslihat,sumpah palsu ,perselingkuhan,korupsi,suap menyuap,manipulasi dan masih banyak tindak-tindak  kejahatan yang membuat hati miris.
Salah satu penyebab dari semua itu adalah mereka telah menyia-nyiakan amanah yang telah dibebankan kepadanya. Sungguh benar apa yang telah disabdakan Rasulullah saw :
أول ما تفقدون من دينكم الأمانة وآخره الصلاة ( صحيح بشواهده الكثيرة )

“Yang pertama hilang(disia-siakan) di dalam Agama kalian adalah amanah dan terakhirnya (disia-siakan) adalah sholat”.


Untuk perlu kita ketengahkan tentang permasalahan amanah, seberapa agungnya kedudukan amanah dalam Islam dan juga betapa dahsyatnya ancaman Allah swt untuk mereka yang menyia-nyiakan amanah.
Allahul musta’an.

Makna amanah.

Amanah berasal dari kata “a-mu-na – ya‘munu – amn[an] wa amânat[an]” yang artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amânah (amanah) dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan (al-wadî‘ah).
Dan secara istilah Al Hafizh Ibnu Katsir membawakan beberapa perkataan sahabat dan tabi'in tentang makna amanah dengan menyatakan, makna amanah adalah ketaatan, kewajiban-kewajiban, (perintah-perintah) agama, dan batasan-batasan hukum. Sedangkan lawan dari amanah adalah khianat, yang artinya adalah إضاعة الأمانة   yaitu menyia-nyiakan amanah.
Dengan demikian beararti amanah terjadi di atas ketaatan, ibadah, “al-wadî’ah” (titipan),dan“Ats tsiqoh” (kepercayaan).
Oleh karena itu amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dijaga, dilindungi dan dilaksanakan sebaik-baiknya.


Ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang wajibnya menunaikan amanah.

1. Firman Allah swt :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا  
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.(An Nisa :58)

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah di dalam Tafsir al Qur’an al ‘Azhim (2/338-339) berkata : Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengabarkan bahwa sesungguhnya Ia memerintahkan (kepada kita) untuk menunaikan amanah kepada pemiliknya. Dalam sebuah hadits dari al Hasan, dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْـتَمَنَكَ، وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

"Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu". [Diriwayatkan oleh al Imam Ahmad dan Ahlus Sunan].
 Ini mencakup seluruh jenis amanah yang wajib atas seseorang untuk menunaikannya. Baik amanah itu berupa hak-hak Allah swt atas hambanya, seperti menunaikan shalat, zakat, kaffarat (denda), nadzar, puasa, dan lain-lainnya yang ia terbebani dengannya dan tidak terlihat oleh hamba-hamba Allah lainnya. Ataupun berupa hak-hak sesama manusia, seperti barang-barang titipan, dan yang semisalnya, yang mereka saling mempercayai satu sama lain dengan tanpa ada bukti atasnya. Maka, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkannya untuk menunaikannya.
Barangsiapa tidak menunaikannya di dunia maka akan diambil darinya pada hari Kiamat kelak.

2.Firman Allah swt :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.(Al Anfal:27)

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata,"… Dan khianat, mencakup seluruh perbuatan dosa, baik yang kecil maupun yang besar, baik (dosanya) terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. 'Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu ‘Abbas, tentang firmanNya ( أَمَانَاتِكُمْ وَتَخُونُواْ ) amanah adalah seluruh perbuatan yang telah Allah bebankan kepada hamba-hambaNya (untuk di tunaikan) yaitu yang berupa kewajiban-kewajiban. Dan maksud "janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat” adalah, janganlah kamu menggugurkannya.
Dalam sebuah riwayat, ‘Ibnu Abbas menjelaskan maksud firmanNya:
لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ
“Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul…”
Beliau berkata : Dengan cara meninggalkan sunnah Nabi saw dan melakukan maksiat kepada Nabi saw".

3. Firman Allah swt:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا   
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.(Al Ahzab: 72)

Al Hafizh Ibnu Katsir, setelah membawakan beberapa perkataan dari shahabat dan tabi’in tentang makna amanah ini, beliau berkata: “Seluruh perkataan ini, tidak ada pertentangan satu sama lain. Bahkan seluruhnya bermakna sama dan kembali kepada satu makna, yaitu pembebanan, penerimaan perintah-perintah dan larangan-larangan dengan syarat-syaratnya. Dan hal ini, jika seseorang menunaikannya, maka ia akan diberi pahala. Namun, jika ia menyia-nyiakannya, maka ia pun akan disiksa. Akhirnya, manusialah yang menerima amanah ini, padahal ia lemah, bodoh, lagi berbuat zhalim. Kecuali orang yang diberi taufiq oleh Allah, dan Allah-lah tempat memohon pertolongan”.

4. Firman Allah swt :
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ  
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”.( Al mukminun : 8)dan (Al Ma’arij:32)

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsirnya berkata: "Maksudnya, apabila mereka diberi amanah (dalam suatu urusan), maka mereka tidak berkhianat. Dan apabila mereka mengadakan perjanjian, mereka tidak menyelisihinya. Demikianlah sifat orang-orang yang beriman. Dan kebalikan dari ini, adalah sifat orang-orang munafik. Sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih, tanda orang munafiq ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia menyelisihi janjinya, dan apabila diberi amanah (kepercayaan) ia berkhianat. Dalam sebuah riwayat yang lain, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia menyelisihi janjinya, dan apabila bertengkar ia berbuat curang.

5. Firman Allah swt :
وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya”.(Al Baqarah:283)

Hadits-hadits Rasulullah saw yang menerangkan tentang wajibnya menunaikan amanah.

Terpampang secara jelas dari beberapa Hadits yang menunjukkan tentang wajibnya menunaikan amanah, serta didalamnya terdapat peringatan keras bagi mereka yang menyia-nyiakannya. Diantaranya :

  1. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah s bersabda :

أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ .

“Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu".(Riwayat Abu Daud 3537)
Berkaitan dengan perintah Rasulullah saw dalam Hadits ini, Asy Syaikh al Mubarakfuri rahimahullah berkata: "Perintah (di dalam hadits ini) menunjukkan wajibnya hal tersebut”.

  1. Juga terdapat Hadits yang menerangkan salah satu ciri-ciri kiamat adalah apabila amanah telah disia-siakan:

عن أبي هريرة قال  : بينما النبي صلى الله عليه و سلم في مجلس يحدث القوم جاءه أعرابي فقال متى الساعة ؟ . فمضى رسول الله صلى الله عليه و سلم يحدث فقال بعض القوم سمع ما قال فكره ما قال . وقال بعضهم بل لم يسمع . حتى إذ قضى حديثه قال ( أين - أراه - السائل عن الساعة ) . قال ها أنا يا رسول الله قال ( فإذا ضعيت الأمانة فانتظر الساعة ) . قال كيف إضاعتها ؟ قال ( إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة )
 
"Tatkala Rasulullah saw berada dalam sebuah majelis (dan) berbicara dengan sekelompok orang, tiba-tiba datang kepada beliau seorang badui(orang pedalaman) dan langsung berkata, “Kapankah hari kiamat?”. Namun Rasulullah saw tetap melanjutkan pembicaraannya, maka sebagian orang ada yang berkata, “Beliau saw mendengar ucapannya, namun Beliau saw tidak menyukainya”. Dan sebagian yang lain berkata: “Bahkan beliau tidak mendengarnya,” hingga akhirnya Rasulullah saw selesai dari pembicaraannya, dan beliau pun bersabda, “Dimana orang yang tadi bertanya tentang hari kiamat?” Orang itu berkata,"Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda,"Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat!” Orang itu kembali bertanya,"Bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?" Rasulullah saw bersabda,"Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat!"(Riwayat Imam Al Bukhori)

  1. Beliau juga meriwayatkan tentang ciri-ciri orang munafik adalah khianat yaitu menyia-nyiakan amanah:

عن أبي هريرة: أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا اؤتمن خان )
"Dari Abu Hurairoh berkata : Bahwasannya Rasulullah saw bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga : apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia menyelisihi janjinya, dan apabila diberi amanah (kepercayaan) ia berkhianat”(Riwayat Imam Al Bukhori 33)


Bersambung insyaAllah…





Disadur oleh : Abu Usamah Yahya Allijaziy dari Kitab Kaifa yu’addil muwadzdzofu al amaanata, Syeikh Abdul Muhsin Al Abbad Hafidzahulloh







Tidak ada komentar: